Rabu, 22 Agustus 2012

Kota Tua Jakarta

Berkunjung ke Kota Tua, memang selalu menarik.. Mungkin karena suasananya yg memang berbeda dibandingkan sudut-sudut lainnya kota Jakarta.

Contohnya saja, Stasiun Kota. Stasiun ini telah dibangun pada 1870, kemudian direnovasi pada 1926 - 1929. Berikut ini tampilannya pada tahun 1929

..83 tahun kemudian, syukur alhamdulillah dengan statusnya sebagai Cagar Budaya tampilannya tidak banyak berubah.


Kemudian yang Kedua, Museum Fatahillah



Dan yang tidak kalah menarik adalah Taman Fatahillah, atau yg dulu dikenal dengan Lapangan Gedung Stadhius







Selasa, 17 Juli 2012

Ruang Terbuka Hijau Jakarta (belum) 30 Persen

Pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa minimal 30 persen dari luas kota, adalah Ruang Terbuka Hijau.


Jika tidak disebutkan dalam undang-undang pun, sepertinya kita memang butuh ruang terbuka hijau. Jadi, nyok menanam.. :)

Jenis-jenis pohon peneduh:
1. Kere Payung
2. Kenari


3. Glodogan



Cara menanam:
1. Membeli bibit

2. Menyiapkan lahan


3. Merawat

Read More:
[1] Tanaman Pencegah Polusi
[2] Pohon Tepi Jalan
[3] Disney's Tropical Garden

Jumat, 15 Juni 2012

Mengunjungi Raden Saleh

Hari Sabtu, 9 Juni 2012, saya bersama ayah, ibu, dan adik-adik, berkesempatan berkunjung ke Galeri Nasional, untuk melihat karya-karya besar seorang maestro lukis, Raden Saleh.



Dari beberapa lukisannya, ada beberapa yg paling menarik hati..

Salah satunya, adalah lukisan adegan penangkapan Pangeran Diponegoro


Lukisan pengintaian harimau terhadap pengembara (my favourite)


Selain menampilkan lukisan-lukisan asli, hasil karya Sang Maestro, pada pameran tersebut juga ada pemutaran sebuah video dokumenter biografi.


Ternyata seorang Raden Saleh, merupakan sosok yang luar biasa. Pada masa mudanya, telah dapat berkeliling Eropa, meskipun dengan kondisi Nusantara yang masih dalam penjajahan Belanda. Pada sekitar tahun 1830-an, ia banyak bergaul dan belajar dari kalangan atas dan terpelajar Eropa. Pribadinya yg ramah dan menyenangkan, membuatnya mudah diterima di berbagai tempat.

Pada tahun 1852, ia kembali ke Indonesia, dan menemui kondisi yg tidak sesuai dengan harapannya.



Menjelang akhir hidupnya, ia dituduh membantu pemberontakan oleh Pemerintah Belanda. Sehingga dalam akhir hidupnya, ia dalam kondisi jatuh miskin dan depresi.